Kamis, 05 Desember 2013

Kesadaran masyarakat Wonosobo


Di tengah maraknya serangan kelompok masyarakat tertentu terhadap komunitas agama minoritas seperti Ahmadiyah dan kelompok Syiah di berbagai daerah, khususnya di Sampang, Madura dan Ahmadiyah di berbagai daerah, dua kelompok agama minoritas tersebut justru bisa hidup rukun di Wonosobo, aman tanpa ada gangguan dari pihak manapun.
Menariknya lagi, istri tokoh Syiah bahkan diangkat menjadi ketua kelompok perempuan di tingkat kabupaten membawahi perempuan-perempuan dari komunitas lain. Bahkan, kelompok agama beraliran Islam minoritas lainnya, seperti Rifaiyah dan Alif Rabo Wage (Aboge) bisa dengan leluasa melakukan aktivitas ibadah mereka, termasuk agama Kristen, Katolik, Hindu, maupun Buddha.
Tingginya kesadaran masyarakat Wonosobo mengenai arti pentingnya hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama itu patut diacungi jempol.
Kisah dari Wonosobo itu sebetulnya merupakan salah satu ciri khas warisan bangsa yang sesungguhnya telah berurat berakar dan tertanam sejak dahulu kala. Sejatinya, warga bangsa ini memang ramah, sopan, santun, saling menghormati, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, agama, daerah, dan lain sebagainya. Indah bukan?
Kita tentu sangat bangga dengan kerukunan umat beragama yang terjalin baik di Wonosobo. Semoga hal itu bisa menginspirasi semua daerah lain—terutama di daerah yang warganya yang ingin beribadah namun dikejar-kejar kelompok lain, bahkan rumah ibadahnya dirusak—untuk bisa mengembalikan rasa aman dan nyaman masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaannya masing-masing.
Apa yang terjadi di Wonosobo merupakan bentuk konkret kepedulian dan ketegasan seorang pemimpin terhadap kepedulian dan kepentingan warganya. Pemimpinnya berani tidak populer demi kepentingan warganya. Oleh karena itu, bangsa ini harus berterima kasih kepada Bupati Wonosobo, Kholiq Alif yang mampu menciptakan rasa aman bagi warganya untuk menjalankan ibadah apa pun agamanya. Tentu butuh perjuangan untuk menciptakan kondisi dan situasi tersebut.
Pendekatan yang dilakukan Bupati Kholiq Alif terhadap masyarakat sejak memimpin Wonosobo tahun 2005 telah membuahkan hasil dan memantabkan kehidupan umat beragama di sana.
Bupati memanfaatkan peran dari forum masyarakat antaragama yang digelar secara rutin secara maksimal, termasuk membentuk Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat yang didirikan tahun 2007. Forum yang beranggotakan masyarakat dan aparat ini berperan menyelesaikan konflik atau pidana ringan yang terjadi antarwarga, sehingga tidak perlu dibawa ke pengadilan.
Hingga saat ini semua masyarakat merasa terlindungi dan hidup nyaman. Di Wonosobo terdapat sekitar 6.000 jemaah Ahmadiyah dan sekitar 250 orang warga Syiah yang tinggal nyaman bersama agama lainnya, di samping mayoritas Islam di kabupaten yang total penduduknya lebih dari 747.000 jiwa tersebut. Masing-masing agama tetap bisa melaksanakan dakwah tanpa ada kendala.
Kunci semua itu adalah kepedulian dan ketegasan dari seorang pemimpin yang sangat peduli dengan warganya. Harmonisasi kehidupan antarmasyarakat beragama ini tentu saja membawa dampak luar biasa bagi Kabupaten Wonosobo.
Terbukti, hanya dalam tempo lima tahun, peringkat keamanan di Wonosobo berdasarkan survei Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) melonjak dari urutan 400 tahun 2004 menjadi peringkat ke-2 tahun 2009 untuk tingkat nasional. Tingkat keamanan untuk Jawa Tengah, Kabupaten Wonosobo menempati uturan pertama. Sebuah prestasi menakjubkan dan luar biasa.
Seandainya semua daerah mampu menciptakan rasa aman bagi masyarakat, investor akan berlomba masuk ke seluruh penjuru negeri ini, sehingga rakyatnya bisa lebih cepat mencapai impian kesejahteraan.

0 komentar:

Posting Komentar